Persiapan pembuatan kalender tahun baru 2013
Bukan Saatnya Kita Bangga Pada Indonesia, Namun Saatnya Indonesia Bangga Pada Kita, Yang Muda Selalu Berkarya Bukan Hanya Bergaya...
Senin, 24 Desember 2012
Senin, 17 Desember 2012
Tentang DUA LIMA
Alamat : Dusun Slawe
Desa Ngadirejo Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur Indonesia
Cara Pemesanan anda
bisa Menghubungi Langsung Via Telp atau Sms Telp.085648007255
Dengan Saya [Mohammad
Mirza Maulana] {Owner DUA LIMA}
Dan Uang Bisa di
Kirim Langsung Lewat BANK BRI
Dengan Nomor Rekening
6298-01-021679-53-4 atas Nama MOHAMMAD
MIRZA MAULANA DSN.SLAWE RT 007 RW 001 DESA NGADIREJO KEC.WIDANG KAB.TUBAN
Dan Sertakan Alamat Lengkap
Anda, Kirimkan ke Email kami.
Nanti Barang Yang
sudah ada Siap di kirim Lewat POS Indonesia.
Tidak Melayani Ke
Luar Negeri, Hanya Untuk Melayani Dalam Negeri.
Rabu, 05 Desember 2012
Sabtu, 17 November 2012
Sabtu, 27 Oktober 2012
Sabtu, 14 Januari 2012
MENATA HATI BEKAL MENJELANG MATI
Menjadi manusia normal sungguh sulit dan berat. Ini karena
manusia dianggap kuat mengemban amanah kerasulan sepanjang masa. Ia
dianggap khalifah yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan
dan keindahan.
Dalam sejarah, sebelum amanah ini diberikan kepada manusia Tuhan sudah terlebih dulu menawarkan kepada semua jenis makhluk di muka bumi. Ternyata, semua mahluk mengakui dirinya tidak mampu menggenggam amanah. Kecuali, satu makhluk yang konon memiliki unsur paling lengkap di jagad raya: Manusia.
Karena sudah ketiban sampur memegang amanah inilah, manusia harus mampu mengolah dirinya sedemikian rupa agar mampu melaksanakan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Pikirannya harus terus berkarya kreatif untuk keberlanjutan kehidupan bumi, berpikir positif, jangan berbuat kerusakan, hatinya selalu menep dan santun untuk terus menyapa dan berasyik masyuk dengan Gusti Allah.
Dalam diri manusia ada unsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya menjadi alat manusia untuk meraba pergelaran alam semesta ini. Ini alat canggih yang tidak dimiliki oleh malaikat, jin, maupun seonggok batu yang tentu saja juga merupakan makhluk Tuhan.
Manusia perlu menganggap alam semesta sebagai teman dan sahabat, jangan berdiri di atas alam semesta dengan angkuh, congkak dan sombong dan merasa gumede, adigang adigung adiguna. Sikap menganggap diri lebih hebat derajatnya daripada alam semesta akan membawa pada eksploitasi alam. Alam dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga akhirnya rusak.
Sehebat apapun manusia mengolah alam agar lestari, pada kenyataannya masih lebih baik bila alam melestarikan dirinya sendiri. Kini, tugas kita adalah menggenggam dan meneruskan amanah kekhalifahan yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan di alam semesta. Sebuah tugas berat dan mulia…
Setidak-tidaknya bila belum mampu berbuat baik, ya jangan berbuat kerusakan. Sebagaimana tahapan awal seorang sufi menempuh salik, yaitu berkhalwat, uzlah. Memisahkan diri dari manusia dengan tujuan menyadari kekotoran dirinya dan agar masyarakat tidak terkotori oleh tangan-tangan jahatnya.
Manusia… manusia… usiamu sangat pendek di dunia, tata hatimu sebagai bekal menjelang mati.
Dalam sejarah, sebelum amanah ini diberikan kepada manusia Tuhan sudah terlebih dulu menawarkan kepada semua jenis makhluk di muka bumi. Ternyata, semua mahluk mengakui dirinya tidak mampu menggenggam amanah. Kecuali, satu makhluk yang konon memiliki unsur paling lengkap di jagad raya: Manusia.
Karena sudah ketiban sampur memegang amanah inilah, manusia harus mampu mengolah dirinya sedemikian rupa agar mampu melaksanakan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Pikirannya harus terus berkarya kreatif untuk keberlanjutan kehidupan bumi, berpikir positif, jangan berbuat kerusakan, hatinya selalu menep dan santun untuk terus menyapa dan berasyik masyuk dengan Gusti Allah.
Dalam diri manusia ada unsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya menjadi alat manusia untuk meraba pergelaran alam semesta ini. Ini alat canggih yang tidak dimiliki oleh malaikat, jin, maupun seonggok batu yang tentu saja juga merupakan makhluk Tuhan.
Manusia perlu menganggap alam semesta sebagai teman dan sahabat, jangan berdiri di atas alam semesta dengan angkuh, congkak dan sombong dan merasa gumede, adigang adigung adiguna. Sikap menganggap diri lebih hebat derajatnya daripada alam semesta akan membawa pada eksploitasi alam. Alam dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga akhirnya rusak.
Sehebat apapun manusia mengolah alam agar lestari, pada kenyataannya masih lebih baik bila alam melestarikan dirinya sendiri. Kini, tugas kita adalah menggenggam dan meneruskan amanah kekhalifahan yang mampu menjadi pilar tegaknya kebenaran, keadilan dan keindahan di alam semesta. Sebuah tugas berat dan mulia…
Setidak-tidaknya bila belum mampu berbuat baik, ya jangan berbuat kerusakan. Sebagaimana tahapan awal seorang sufi menempuh salik, yaitu berkhalwat, uzlah. Memisahkan diri dari manusia dengan tujuan menyadari kekotoran dirinya dan agar masyarakat tidak terkotori oleh tangan-tangan jahatnya.
Manusia… manusia… usiamu sangat pendek di dunia, tata hatimu sebagai bekal menjelang mati.
Langganan:
Komentar (Atom)







